Kudorong koper sialan ini dengan terburu-buru,rodanya yg sedang
tidak berfungsidengan baik mengharuskanku menoleh ke arahnya hampir
setiap saat, seolah merekameminta perhatianku. Huft, sial, aku bisa saja
akan ditinggal oleh supirkukalau begini. Brakk, ku rasakan aku menabrak
sesuatu yg keras.
“hey!Watch your way!”teriak seseorang yg baru saja aku tabrak.
“
sorry”, sahutku danberlalu pergi begitu saja tanpa tau siapa yg baru saja ku tabrak, aku sudahtidak punya banyak waktu.
“
heh! Kau tidak sopan sekali!”ucap suara itu lagi, tak lihat kah dia aku sedang terburu-buru danmengalami sedikit masalah dengan koper sialan ini?!
“setidaknya
aku sudah minta maafdan maaf aku tidak punya banyak waktu untuk
berdebat denganmu” ucapku setelahberbalik ke sumber suara yg masih saja
bergumam tidak jelas ini.
“kau memang tidak tau sopansantun,
setidaknya kau membantuku untuk memungut barang-barangku yg
terjatuh,bukannya tetap melangkah dengan wajah tak berdosa seperti itu”
sahut lelakibawel dihadapanku ini, bahkan aku pun tidak tau bahwa
barang-barangnyaterjatuh.
“baiklah, baik. Tapi, sekarangbarangmu
sudah kau pungut kan? Aku harus pergi sekarang dan sekali lagi
maaf”jawabku dan berbalik, kali ini kalaupun ia berkata sesuatu lagi,
aku tidak akanberpaling sedikitpun.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“kau
pasti sudah lama menungguku,maafkan aku. Tadi ada orang tidak waras yg
ku tabrak” ucapku saat menemukansupir yg disuruh Dad untuk menjemputku.
“orang
tidak waras?” Jasonmenyahut dengan bingung, dia bodyguard yg dibayar
Dad untuk menjagaku agartidak kabur kemana-mana, dan 5 temannya mungkin
sedang berada dirumah. Sebenarnya sangat membosankan saatpertama kali
bertemu Jason dan teman-temannya, mereka selalu mengikutiku-yamemang itu
tugas mereka- agar aku tidak kabur lagi. Aku dulu sempat kabur
darirumah karena tidak diizinkan jalan-jalan, sepele memang.
“yap, ‘tidak waras’” jawabkupenuh penekanan pada dua kata terakhirku.
“maksudmu gila?” Tanya Jason lagisaat kami baru saja masuk ke dalam mobil.
“menurutmu?” jawabku balasbertanya.
Ia
baru saja akan membukamulutnya untuk menjawab perkataanku tapi langsung
aku sela, “sudahlah, Jason,kau tak perlu memikirkannya. Aku hanya
bercanda, kalaupun aku tidak bercanda,sudah ku pastikan aku berteriak
histeris saat tertabrak orang tidak waras”jelasku. Terlihat Jason yg
mengangguk-angguk mengerti.
“carls, kau mau langsung pulangatau
ada tempat yg ingin kau singgahi dulu?” Tanya Jason lagi, dia
memangbawel, dan jangan heran kalau Jason memanggil namaku, aku tidak
ingin dipanggilnona oleh mereka, itu berlebihan, ya meskipun usia mereka
tidak terbilang muda,tapi tetap saja, aku tidak ingin dipanggil nona
oleh mereka.
“ku rasa aku ingin langsung kerumah saja. Kau tau, 1
minggu di Inggris membuatku merindukan kamarku” jawabkudengan kekehan
diakhir kataku.
“tidak merindukanku?” Tanya Jasonyg berhasil membuatku tertawa, dia sudah ku anggap temanku.
“untuk apa merindukanmu? Apauntungnya?” balasku masih dengan kekehan geli.
“aku kan patut untuk dirindukan”jawab Jason dengan nada manja dan bibir yg dimajukan, uh, dia ini bodyguardatau apa sih?
“baiklah, aku merindukanmu, oke?Dan jangan tunjukkan wajah jelek seperti itu lagi dihadapanku” ucapku yg makinkeras tertawa.
“heh,
jangan bilang wajahkujelek. Begini-begini banyak yg menginginkanku
untuk menjadi pasangannya!”sungut Jason yg makin menekuk wajahnya, ia
membalikkan wajahnya kearah depan,sehingga aku yg duduk dikursi bagian
belakang ini tak dapat melihat wajahmenggelikannya lagi.
“benarkah banyak yg menyukaimu?Aku ragu akan hal itu” sahutku yg masih ingin mengerjainya.
“tidak
mungkin ada yg dapatmenolak pesonaku” jawab Jason dan ia kembali
membalikkan badannya kearahku. Iamengedipkan sebelah matanya, Jason
benar, tak ada yg dapat menolak pesonanya,akupun tak dapat menolaknya.
Tatapan matanya itu membuat hampir semua orang
speechless.
“benarkan aku?” ucap Jason lagiyg tidak mendapat sahutan apapun dariku sedari tadi.
“a..emm..ti..tidak juga. Buktinyaaku tidak tertarik padamu!” ucapku, masih tidak mau kalah.
“katakan
saja kalau kau diam-diammengagumiku” ucap Jason dan ia kembali
mengerlingkan matanya kearahku, uhJason! Akan ku bunuh kau. Saat ku rasa
mobil sudah berhenti, tanpa menjawabperkataan Jason lagi, aku langsung
keluar mobil dengan wajah merah padam karenakehabisan kata-kata untuk
melawannya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“aku pulang!” seruku saat barusaja menginjakkan kaki dirumahku.
“hey, sweetheart” panggil Mom ygkeluar dari dapur.
“hai Mom” jawabku sembarimembalas pelukannya.
“liburan yg menyenangkan,eh?”Tanya Mom, menggoda, aku tau.
“tentu saja, tapi Mom, aku sangatlelah, jadi bolehkah anak gadismu ini kembali kekamarnya?” candaku.
“yap, istirahat lah, sayang” ucapMom seraya mengecup keningku.
“I will, Mom” ucapku dan beranjakmenaiki anak tangga.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Hey Carlynda!” seru Alliana ygbaru saja menaruh tasnya diatas mejanya.
“Hey” sahutku sambilmenyunggingkan senyumku pada temanku yg satu ini.
“Ku dengar hari ini kita akankedatangan murid baru” ujarnya sambil meletakkan dagunya di mejaku.
“Benarkah?” aku tidak tau lagiharus merespon apa, jadi hanya kata-kata itu yg keluar dari mulutku.
“Yap, dan kau tau apa lagi?”tanyanya seolah memberiku tebak-tebakkan.
“Apa?”
tanyaku balik, terkesantidak ingin tau memang, tapi bagaimanapun aku
tidak ingin tau, Alliana pastiakan menceritakannya padaku.
“Dia
pindahan dari Inggris! Bisakau bayangkan itu?” serunya dengan wajah
berseri-seri, entah apa yg membuatnyabegitu bersemangat pagi ini.
Mungkin dia salah meminum obatnya, mungkin.
“Ya, bisa ku bayangkan” sahutkumasih dengan nada datar.
“Bagaimana
kau dengan Mike?”tanyaku, kali ini baru aku terlihat ingin tau. Alliana
dan Mike adalah sepasangkekasih yg sudah cukup lama menjalin hubungan,
namun ku dengar dari Allianabahwa Mike kepergok sedang selingkuh
dihadapannya.
“Kami sudah berakhir, Carls”jawab Alliana, kini ia
terlihat lesu dan aku yg terlihat berseri-seri. Bukan,bukannya aku
senang melihat temanku-sahabatku- sedih seperti ini. Tapi,tindakan
Ana-panggilanku untuknya- memang benar.
“Tindakan yg bagus, Ana!” serukuyg kini bersemangat.
“Apa bagusnya? Kau senangmelihatku kehilangan hampir setengah bagian hidupku?” protesnya, Ana belumpaham sekarang.
“Bukannya
aku senang melihatmu ygsudah hampir seperti mayat hidup jika
mengingatnya. Tapi, tindakanmu benar,Ana. Tidak ada yg salah dalam
tindakanmu. Kau memang harus memberi pelajaranuntuknya. Dia sudah
keterlaluan, bahkan lebih memilih gadis murahan itudibanding kau.
Tindakan yg sangat bagus jika kau memutuskannya. Kau berhakmendapatkan
laki-laki yg lebih baik darinya. Sekarang jangan sedih lagi, oke?Ada
aku” ucapku panjang lebar, terdengar seperti nasehat memang, tapi
itumemang nasehat untuknya.
“Ah Carls! Kau memang sahabatkuyg paliiiing pengertian!” seru Ana yg kembali bersemangat.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Baik anak-anak, hari ini kita kedatanganmurid baru” ucap guru yg baru saja memasuki kelasku.
Ku
lihat seorang anak laki-lakiberjalan memasuki kelas, dia lumayan
tampan. Seluruh gadis dikelasku melihatnyadengan tatapan kagum, tapi
tidak denganku, aku merasa tidak asing dengan wajahini, siapa dia?
“Hi
guys, my name is CodyMcCartney. You can call me Cody. I hope we can be a
good friends” ucap Codysaat ia memperkenalkan dirinya.
“Haaai Cody” ucap hampir seluruhgadis kelasku, uh tidak tau malu.
“Yap, Cody, kau duduk disampingCarlynda” perintah Mrs. Herich dengan nada yg lembut.
Apa? Aku tak salah dengar? Laki-lakiini duduk disampingku?
Ia berjalan dengan santai ke arahkursi disampingku dan duduk tepat disampingku, biar ku ulangi TEPATDISAMPINGKU!
“Hi” sapanya padaku.
“Hmm” sahutku sekenanya.
“Kau berhutang memungutbarang-barangku” ucapnya enteng. Hah? Sejak kapan aku menjatuhkanbarang-barangnya? Oh jangan-jangan?!
“Benar tebakanku, kau lupa dengankejadian saat itu. Kau menabrakku dan hanya berkata
sorry” jelas Codydengan nada suara yg mengikuti intonasi perkataanku saat itu.
“Oh, pantas aku merasa pernahbertemu denganmu” ucapku yg tak kalah santai dengannya.
“Nah,
kau sudah ingatkan?Baguslah kalau begitu. Jadi aku tidak perlu
susah-susah mengingatkanmu. Danhukumanmu untuk kesalahanmu kala itu
adalah harus ikut ke manapun aku pergi”ucap Cody dengan nada yg jauh
lebih santai dari tadi.
What?! Apa katanya?!Mengikutinya?! Kemanapun?! Memangnya dia siapa?!
“Aku tidak mau!” seruku dengansuara yg masih bisa ku tahan untuk tidak berteriak.
“Mau
tidak mau, kau harus mau.Karena aku tidak mau tau, kau harus mau,
sekalipun itu terpaksa” ucapnya ygmasih bersikeras dengan ‘hukumannya’
untukku. Lebih baik aku memperhatikan Mrs.Herich dari pada mendengarnya
mengoceh, benarkan, dia tidak waras.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Bel
istirahat baru sajaberdentang, tapi herannya tak ada satu pun gadis
kelasku yg beranjak keluarkelas, biasanya mereka akan segera berhamburan
keluar kelas seperti semut yg barukeluar dari sarangnya. Oh, aku lupa,
sekarang ada Cody yg digilai oleh mereka,uh menjijikkan. Aku baru saja
selesai merapikan mejaku saat ku rasakan sebuahtangan menarik tanganku
dan membawa ku keluar kelas dengan langkah yg tidakdibilang pelan. Oh,
lelaki tidak waras ini lagi.
“Heh! Kau mau menarikku kemana?!”protesku sambil berusaha menarik tanganku dari cengkramannya.
“Jangan protes, ikut saja akukemanapun aku mau. Kau kan harus membayar hutangmu” sahutnya dengan nadadinginnya.
“Baiklah baik, hanya untuk hariini” ucapku akhirnya menyerah.
“Siapa bilang hanya hari ini? Kauakan begini selama 2 minggu” ucapnya lagi.
“WHAT?! 2 MINGGU?! KAU GILA?!”seruku yg segera menghentikan langkahku, ia pun ikut terhenti.
“2
minggu hanya untuk kesalahankuyg tidak membantu memungut
barang-barangmu?! Kau berlebihan!” ucapku masihberseru, bahkan
siswa-siswi yg berlalu lalang disekitar kami memperhatikankami.
“Tidak,
aku tidak berlebihan. Itusudah adil” Astaga, ternyata wajah memang
tidak menunjukkan orang itu baik atautidak, contohnya manusia
dihadapanku sekarang ini, wajah rupawan – ya ku akuiia tampan – tapi
lihat kelakuannya? Benar-benar menyebalkan.
“Ah! Terserah kau
saja!” ucapkuakhirnya, tidak ingin berdebat ditengah umum seperti ini.
Ia tersenyum – kuakui senyumnya manis – dan kembali menarik tanganku,
entah ia ingin membawa kuke mana.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku
tengah berada di tamanbersama Cody. Huft, aku masih menjalani hukuman
konyolnya itu. Bagaimana tidakkonyol? Bayangkan saja, setelah hari
dimana ia menjatuhkanku vonis untukmengikutinya kemanapun, ia
menjemputku tiap pagi dan mengantarku ke manapun akupergi. Dan karena
tingkahnya itu, aku harus diinterogasi oleh Dad dan Mom,mereka mengira
Cody adalah pacarku. Astaga, bunuh aku! Dan aku harus mendapattatapan
tidak suka dari gadis-gadis dikelasku, tapi tidak dengan Ana dan
Laura.Mereka masih memandangku dengan tatapan lembut seperti biasanya.
“Heh, kenapa kau diam saja?”Tanya Cody bingung, memang, biasanya aku selalu berceloteh, menceritakan apapunitu.
“Ada yg kau pikirkan?” Tanya Codylagi, namun nadanya melembut kali ini. Aku menggeleng, tidak inginmemberitahunya.
“Jangan
bohong, aku tau kausedang memikirkan sesuatu. Cerita saja, biasanya kau
juga cerita, malah tanpaku suruh” ucapnya yg secara tidak sengaja – ku
pikir ia sengaja – mengejekku.
“Entahlah, kau tau. Aku tidaksuka
dengan tatapan siswi dikelas. Tatapan mereka seolah ingin menerkamku,
itumenyeramkan. Seperti – mereka ingin memakanku hidup-hidup” ceritaku
akhirnya.
“Anggap saja mereka tidakmemandangmu” sahut Cody santai.
“Kau
bisa mengatakan seperti itukarena kau tidak diposisiku! Coba saja kau
diposisiku” sungutku padanya. Akumelipat kedua tanganku didepan dada dan
menggembungkan pipiku, memberitahunyakalau aku tengah marah padanya.
“Baiklah,
aku memang tidak beradadiposisimu, ku pastikan lusa mereka tidak
memandangmu seperti itu lagi” ucapCody mengusap pundakku dengan tangan
besarnya.
“Mau es krim?” Tawar Cody. Aku menganggukcepat dengan senyum yg sudah mengembang.
“Tunggu
disini sebentar” ucapnyalagi dan beranjak meninggalkanku dikursi taman.
Tak lama, ia kembali dengan 2cup es krim ditangannya.
“Ini” ucapnya sembari memberikan1 cup es krim coklat padaku.
“Terimakasih” ucapku dengansenyum malu.
“Kau ada acara besok?” suara Codykembali menggema memasuki gendang telingaku. Aku menggeleng sebagai jawaban.
“Memangnya kenapa?” Tanyaku ygmelihat ia mengangguk-angguk tak jelas.
“Bagaimana kalau kita menontonsebuah film?” ucapnya excited. Aku mengkerutkan keningku bingung.
“Menonton?” tanyaku bingung tanpamenghilangkan kerutan dikeningku.
“Yap, nonton! Bagaimana? Kudengar ada film bagus!” ucapnya yg masih terdengar excited ditelingaku.
“Bagaimana?
Bagaimana? Mau saja yaaah,pleaaasssseee!” pintanya memelas dengan wajah
puppy facenya. Aku menganggukragu untuk menerima ajakannya.
“Haaa, kau siap-siap yah besok!Jam 2 siang ku jemput” ucapnya dan kembali melahap ice creamnya. Aku hanyamengangguk-angguk.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
‘
TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNTIN TIN TIIIIIIIIINNN’
Sebuah
suara klakson mobilrongsokan itu masuk ke gendang telingaku yg tengah
mengikat rambutku menjadikuncir kuda. Dan bodohnya orang yg membunyikan
klaskson itu menghancurkankuncir kudaku yg sudah rapi. Sumpah serapah ku
keluarkan untuk laki-laki tidakwaras itu.
‘
TIIIIIIIIIIIIIIIINNN TIN TINTIN TIN TIIIIIIIIIIIIIIINNN’ kali ini terdengar lebih keras dari yg tadi.Ah Cody! Awas saja kau! Akan ku hancurkan klakson mobilmu!
Ku dengar iPhoneku berdering,menggema ke seluruh kamarku. Ku lihat nama yg tertera disana, oh oke, orangbodoh ini lagi.
“Tunggu sebentar bodoh! Bisakahkau lebih sabar?!” semburku langsung saat menerima panggilan darinya.
“Heh nenek sihir, lama sekali!Seperti wanita saja!” sungutnya.
“Heh, aku memang wanita!” serukuditelpon. Aku melangkah cepat menuruni satu persatu anak tangga.
“Oh,
jadi selama ini aku salahpengertian ya. Ku pikir kau laki-laki”
jawabnya santai dari seberang telponsana. Huh! Awas kau Cody! Tanpa
menjawab perkataanya, aku mematikan sambungantelpon kami dan melangkah
lebih cepat.
Terlihat Cody yg tengah berdirididepan mobil yg
menyandang nama Lamborghini ini. Memang mobilnya termasukdalam deretan
mobil mahal, tapi jika dia membunyikan klaksonnya seperti tadi,maka
mobilnya akan segera masuk kedalam golongan mobil rongsokan.
“Lama sekali” gerutunya saat akubaru saja tiba didepannya.
“Aku wanita, wajar saja” ucapkumembela diri.
“Yaaaa
terserah kau saja, ayocepat masuk!” perintahnya yg sudah berada didepan
pintu mobil bagian kemudi.Tanpa ba-bi-bu lagi aku melangkah masuk
kedalam mobilnya, mengambil tempattepat disampingnya.
Selama
diperjalanan hanya adapembicaraan-pembicaraan ringan diantara kami,
sesekali aku harus berebutkesempatan untuk menekan tombol music dengan
Cody, lagu yg ia sukai sungguhberbeda dengan genre lagu yg aku suka. Ia
menyukai Rock sedangkan aku R&B.
Tak lama, kami tiba di
tempattujuan. Aku melangkah berdampingan dengan Cody, ia meraih tanganku
dalamgenggamannya, mungkin karena langkahku yg lambat atau mungkin
langkahnya ygterlalu cepat.
“Heh, bisakah kau lebih pelansedikit?!” seruku yg kelelahan mengikuti langkahnya.
“Tidak,
kita bisa kehabisan tiketkalau aku mengikuti langkah siputmu” sahutnya,
masih dengan nada dingin danwajah datar seperti biasa. Menyebalkan.
Kami masuk menuju bioskop, banyakorang disini, tentu saja, mungkin adafilm yg bagus?
Ku
tunggu Cody yg tengah membelitiket, ku pandangi ia dari kejauhan.
Sebenarnya Cody tampan, bahkan sangat,postur tubuhnya yg atletis dan
senyum manisnya itu. Oh sungguh, siapa yg tidakjatuh cin – apa? Apa yg
tengah aku pikirkan? Oh otakku sedang ada gangguan, akujadi berpikiran
ngelantur seperti ini.
“Nah, film ini akan mulai sebentarlagi.
Jika tadi kau telat sedikit saja, mungkin kita akan kehabisan
tiket”celoteh Cody yg baru saja berdiri sempurna dihadapanku. Aku hanya
memutar bolamataku jengah mendengar celotehannya. Aku baru 1 minggu
menjalani hukumanku,telingaku sudah sakit mendengar ia berceloteh –
bergumam tidak jelas – sepertiitu. Bagaimana nasib telingaku 1 minggu ke
depan?!
“Ayo kita masuk” ucapnya lagi,kini menarik tanganku, menggenggamnya erat.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Cody
sialan! Ia mengajakkkumenonton film horror! Tak tau kah ia kalau aku
takut?! Ia hanya terkekeh geli –bahkan tertawa – saat melihatku hampir
mengeluarkan bola mataku karenaterkejut. Aku melangkah lebih dulu
darinya, aku marah dengannya. Biarkan sajaia lelah mengikutiku, salah
siapa mengajakku menonton film tidak bermutuseperti itu?
“Hey,
jangan marah seperti itu!Aku kan tak tau kau penakut. Tapi, sebenarnya
aku tak menyangka kau yg galakseperti ini takut dengan cerita seperti
itu” dia ini ingin minta maaf ataumengajak perang sih?
Aku masih diam, melipat keduatanganku didepan dada dengan wajah yg ditekuk.
“Baiklaaah, maafkan aku. Kau mauku belikan apa? Atau kau mau aku melakukan apa agar kau tidak marah lagi?”Tanya Cody padaku.
“Aaaaaa Cody!!! Kau sungguhmenyebalkan!!!” seruku yg kemudian berbalik menghadapnya, memukul dadabidangnya.
“Aw!
Hentikan, Carls! Itu sakit,astaga! Kau mengerikan!” serunya memohon.
Biarkan saja, aku tengah marahpadanya, aku tidak peduli dengan orang yg
tengah memandangi kami heran.
“Heh, hentikan!” serunya lagi,kali
ini ia menahan tanganku dan menguncinya didalam cengkramannya.
Kuberanikan untuk memandangnya yg lebih tinggi dariku.
Aku terpaku
untuk beberapa saatmemandangi wajahnya yg terpahat hampir sempurna itu,
mata biru lautnya, akubaru tau warna matanya sangat indah. Pandangan
itu seolah mengunciku untuktidak memandang kemanapun. Jantungku berpacu
dengan cepat, oh ku harap Cody takmendengarnya.
“Hentikan, oke?” suaranyamembuyarkan lamunanku akan kesempurnaannya.
“Kau menyebalkan” gerutuku ygmasih tak bisa menerima atas film yg dipilihnya tadi.
“Aku
minta maaf, bagaimana kalaukita bermain?” tawar Cody, ia memainkan
kedua alisnya dihadapanku, tangankumasih dalam kuasanya. Aku mengangguk
setuju, mungkin bermain dapat menetralisirdegup jantungku yg entah
kenapa berubah menjadi tak karuan ini.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
‘
TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNTIN TIN TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINN’
Suara klakson dari mobil rongsokanitu lagi, benar-benar menghancurkan moodku pagi ini.
“Bisakah
kau tidak membunyikanklakson dari mobil rongsokanmu ini? Itu sangat
mengganggu pendengaranku. Kaumau aku tidak bisa mendengar lagi hanya
karena bunyi klaksonmu ini?” sungutkusaat aku baru saja masuk ke dalam
mobil Cody.
“Jika tidak seperti itu, kautidak akan keluar dengan
cepat” aku mendengus mendengar jawabannya. Dia ygbodoh atau aku yg
terlalu pintar sih? Dia hidup dizaman batu memangnya? Kansudah ada
handphone, dia bisa menghubungiku.
“Baiklah, terserah kau saja.Cepat, aku tidak mau terlambat hanya karena ulahmu” ucapku dengan nada cuek ygkentara.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku
baru saja memasuki kelasku,dan seluruh siswi didalam kelas ini sudah
menghujaniku dengan tatapanmengerikan mereka. Pandangan mereka tertuju
pada tanganku yg berada dalamgenggaman Cody, aku menoleh ke arah Cody
sembari berusaha menarik tanganku darigenggamannya. Aku tidak ingin mati
hanya karena mendapatkan tatapan seperti inisetiap bertemu mereka.
“Cody” bisikku, kami masihberdiri diambang pintu.
“Apa?” sahutnya santai. Hhh, diamemang tidak peka sama sekali.
“Lepaskan
tanganmu, bodoh! Sudahku bilangkan kalau aku tidak ingin dipandang
seperti ini?!” gerutuku, bukannyamelepaskan genggamannya, Cody malah
melangkah masuk ke dalam kelas dan berhentitepat didepan seluruh siswa
dan siswi dikelas.
“Apa yg kalian lihat?” Tanya Codyacuh tak acuh. Huh! Dia akan membuatku berada dalam masalah.
“Ini?” tanyanya lagi danmengangkat tangannya dan tanganku yg masih saling berkaitan satu sama lain.
“Untuk
apa kalian memandang inisampai begitu? Ini kan hal wajar yg dilakukan
sepasang kekasih. Carlyndakekasihku, jadi wajar kalau aku menggenggam
tangannya” mataku membulat sempurnasaat mendengar penuturan Cody yg
diluar akal sehatku. Aku bahkan belum bisamencerna seluruh perkataannya.
Ku
pandangi seluruh siswa dansiswi didalam kelasku, mereka terdiam dengan
wajah yg tidak dapat dijabarkandengan kata-kata. Lalu, dengan langkah yg
santai Cody menarikku menuju tempatduduk kami. Di sepanjang jalan itu
pula, tatapan seluruh siswa dan siswidikelas tidak luput dari aku dan
Cody. Bodoh!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Kau
kenapa berkata sepertiitu?!” seruku saat hanya ada aku dan Cody didalam
kelas. Siswa yg lain tengahberada diluar kelas, ini adalah jam
istirahat.
“Jika tidak begitu, mereka akantetap memandangmu
seperti itu. Kalau sudah ku katakan seperti tadi, pastimereka paham
kenapa kau selalu bersamaku” jelas Cody. Oh Cody! Kau membuatkumakin
bingung dengan perasaanku!
“Kau tidak marah kan?” tanyanyadan
berlutut dihadapank, ia meraih jemariku dan menggenggamnya erat,
memberikehangatan yg segera menjalar ke seluruh tubuhku. Ku pandangi ia
dari atassini, oh Tuhan, ku rasa aku telah jatuh cinta dengan makhluk-Mu
yg satu ini. Iasungguh sempurna dimataku, dengan mata biru laut yg
menghanyutkan. Seolah adaketenangan setiap kali aku memandangnya. Cody
masih terdiam diposisinya, memandangikudengan pandangannya yg menusuk
sampai retina mataku.
Aku menggeleng, mengatakanpadanya bahwa aku tidak marah. Sama sekali tidak. Bagaimana mungkin aku marahdengannya?
“Tidak, aku tidak marah” ucapkupada akhirnya.
“Baguslah, aku melakukan iniuntuk melindungimu” bisiknya yg masih dapat ku dengar dengan jelas.
“Terimakasih telah melindungiku”sahutku, berterimakasih. Memang itu yg harus ku lakukan.
“Nah,
bagaimana kalau kita kekantin? Aku deh yg bayar” serunya dengan
senyuman yg menampilkan deretan gigiputihnya. Aku tersenyum dan
mengangguk kuat. Menyetujui permintaannya. Iamenjulurkan tangannya dan
dengan senang hati ku sambut.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
1
hari lagi hukumanku akanberakhir. Apakah setelah hari ini aku masih
bisa bersamanya? Tertawa danmelakukan banyak hal bersamanya lagi? Ku
harap begitu.
“Hey, kau kenapa?” Tanya Jason ygbingung melihatku yg sedari tadi terdiam memandangi langit malam.
“Jason, apa kau pernah jatuhcinta?” tanyaku balik.
“Ya, pernah. Haa, biar ku tebak,kau tengah jatuh cinta, eh?” tebaknya yg sungguh kelewat tepat.
“Ya, tapi aku tak tau apakah iajuga rasakan hal yg sama padaku” aku mulai bercerita.
“Kau ingat seseorang yg ku bilangtidak waras saat di bandara?” tanyaku dan menoleh ke arah Jason yg sudah dudukditepi ranjangku.
“Aku masih ingat” sahutnya, akutersenyum mendengar jawaban Jason.
“Aku
jatuh cinta padanya. Orangyg ku bilang tidak waras. Ia masuk ke
sekolahku dan berada dikelasku, sialnyalagi, ia duduk tepat disebelahku.
Ia masih wajahku, wajah orang yg menabraknyakala itu. Lalu, tiba-tiba
dia berkata kalau aku harus menjalani hukumanku, akuyg tidak tau apa-apa
hanya memandangnya bingung. Ia menjelaskan kejadian kalaitu padaku, dan
ia bilang hukuman yg harus ku lalui ialah mengikutinyakemanapun ia
pergi selama 2 minggu. Gila bukan? Tapi dari hukuman itu lah
akudiam-diam mencintainya. Aku baru menyadari perasaan ini saat
hukumanku hanyatersisa 1 minggu. Aku sudah banyak menceritakan banyak
hal padanya, ia pernahbertanya padaku, apakah aku tengah menyukai
seseorang. Aku, aku bingung harusmengatakan apa, jadi aku hanya
mengangguk sebagai jawaban” ku lirik Jason ygmasih setia mendengar
ceritaku dengan senyum manis diwajahnya.
“Ia bersikap sungguh
manispadaku. Aku tak dapat menghapus perasaanku padanya. Hukumanku
tinggal 1 harilagi, besok adalah hari terakhir hukumanku. Rencananya aku
dan Cody akan pergike taman seperti biasa. Menghabiskan waktu disana,
kami akan memandangi langitdan sesekali aku bersenandung kecil. Aku
tidak bisa melupakannya, Jason. Akuterlalu takut menghadapi hari besok,
aku takut jika besok berakhir, maka takada lagi hari-hari indah seperti 2
minggu ini” ucapku menyelesaikan ceritaku.
“Aku mungkin tidak
beradadiposisimu sekarang. Tapi, kau harus berusaha untuk tetap
bersamanya setelahhari besok, meskipun hukumanmu sudah selesai.
Setidaknya kalian masih bisasaling berteman” Jason menanggapi ceritaku
dengan baik. Ia berdiri dariduduknya dan berjalan kearahku.
“Sebaiknya
kau tidur, agar besokmemiliki banyak waktu bersama Cody. Jangan buat
tubuhmu sakit karena kurangtidur” ujar Jason menasehatiku dan menuntunku
ke ranjang. Dia bodyguard danteman yg baik.
“Baiklah,selamat malam dan selamat tidur, Carls” ucapnya sekali lagi
sebelum mematikanlampu kamarku dan pergi keluar kamar.
“Ya,malam, Jason” sahutku sambil memejamkan mataku.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Kau tau? Aku merasa, aku tidakingin mengakhiri hari ini” ucap Cody saat terjadi keheningan yg cukup lamadiantara kami.
“Kenapa?” tanyaku heran.
“Aku
tidak ingin hari iniberakhir karena hari ini hukumanku padamu berakhir.
Aku takut, besok kau danaku tidak bisa seperti ini lagi. Menghabiskan
banyak waktu bersama” tutur Codyyg membuatku tertegun, aku ingin
mengatakan bahwa aku juga tidak ingin hari iniberakhir, aku ingin
mengatakan kalau aku ingin Cody menambah hukumanku, tapirasanya lidahku
terlalu kelu untuk berkata-kata.
“Ehm, by the way, sebentar
lagikelulusan. Kau akan kuliah dimana?” Tanya Cody setelah aku sama
sekali tidakmerespon perkataannya tadi.
“Kalau kau dimana?” tanyakubalik.
“Carls, aku bertanya padamu,kenapa kau bertanya balik?” protes Cody.
“Tidak,
aku hanya ingin tau”sahutku santai. Ia menjatuhkan kepalanya dibahu
sebelah kananku, secaraotomatis aku memandangnya, tindakannya membuatku
harus menahan nafasku,berharap ia tidak mendengar degup jantungku yg
semakin keras.
“Ku rasa aku akan masukuniversitas kedokteran” gumamnya.
“Aku juga akan masuk universitaskedokteran” sahutku spontan. Cody menegakkan kepalanya tiba-tiba dengan wajahsumringah.
“Ada apa?” tanyaku heran akansikapnya yg tiba-tiba.
“Bagaimana kalau kita masukuniversitas yg sama?” pintanya excited. Aku mengangguk mengiyakanpermintaannya.
“Ah
terimakasih!!!” ia berserusenang dan tanpa diduga-duga ia memelukku
erat. Aku terdiam, merasakankehangatan yg menjalar diseluruh tubuhku.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Carls,
kan kau sudah lulus.Ini, aku membawakan brosur tentang jurusan hukum.
Kan kau dulu mau masukjurusan hukum” ucap Jason yg baru saja masuk ke
kamarku dan memberiku beberapabrosur tentang jurusan hukum.
“Emm,
terimakasih Jason. Tapi,aku berubah pikiran, aku akan masuk jurusan
kedokteran” sahutku sembarimembolak-balikkan brosur yg diberikan Jason
tadi. Jason terdiam ditempatnya.
“Loh? Bukannya kau benci
jurusankedokteran? Kau bilang kau tidak ingin berurusan dengan jarum
suntik, darah danbenda-benda medis lainnya. Belum lagi, kau kan sudah
bermimpi menjadi pengacarasejak kecil, kenapa tiba-tiba berubah begini?”
Tanya Jason terheran-heran.
“Entahlah Jason, aku juga tidaktau” jawabku sekenanya.
“Dan
bukankah kau phobia jarumsuntik?” Tanya Jason mencoba memastikan. Jason
benar, aku phobia jarum suntik,tapi jika dengan masuk jurusan
kedokteran membuatku masih bisa bertemu Cody,aku akan lakukan hal itu.
Meskipun aku harus mengabaikan mimpi dan ambisikusemenjak kecil, demi
Cody, apapun itu akan ku lakukan.
“Baiklah kalau itu maumu, aku hanyaheran saja” Jason kembali berucap, masih dengan nada bingung yg terdengarbegitu kentara.
Jason
beranjak dari tepiranjangku dan melangkah keluar, meninggalkanku
sendiri didalam kamar. Akuterdiam, memikirkan Cody. Memimpikan suatu
hari ia akan menjadi milikku,membuat duniaku terasa sempurna. Namun,
apakah aku ada dimimpinya? Apakah iamemimpikanku seperti aku
memimpikannya hampir setiap malam? Apakah dihatinyaterukir namaku
seperti hatiku yg telah terukir jelas namanya? Pertanyaan
itumenghantuiku beberapa hari ini. Cody telah mengetahui segala
ceritaku, ia telahmendengar senandung hidupku. Aku telah mengabaikan
mimpi dan ambisi yg telah kubangun sejak kecil hanya demi Cody.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku
melangkah bersama Codymemasuki ruang kuliah kami hari ini, tidak
disangka, ternyata Alliana jugameneruskan pendidikannya disini. Kami
sering menghabiskan waktu bersama,mengerjakan tugas bersama. Kami sudah
menjalani hampir 2 tahun di universitasini, uh benar-benar mengerikan
ketika pertama kali masuk disini! Benda-benda ygsedari dulu aku hindari,
kini harus bergelut denganku setiap hari. Kadang akuhampir putus asa,
namun Cody terus memberiku semangat, hanya dia alasan mengapaaku
bertahan di universitas ini. Tentang perasaanku? Aku masih
menyimpannyadengan sangat rapat dihatiku, aku berharap secepatnya tau
apa yg Cody rasakanpadaku selama ini. Aku telah memendam perasaan ini
hampir 3 tahun, dan akumasih bertahan untuk memperjuangkannya. Kadang
aku merasa iri dengan Laura, iamemilih jurusan hukum, dulu kami
sama-sama ingin masuk jurusan hukum, namunkini hanya dia sendiri yg
berada dijurusan itu. Laura dapat menggapaicita-citanya sedari dulu,
sedangkan aku? Aku mengabaikan apa yg ku inginkan daridulu, padahal
peluangku cukup besar untuk menggapai cita-citaku menjadipengacara.
Namun, sekali lagi, demi Cody, apapun itu.
“Heh! Kenapa kau diam
saja? Kaumendengarkan aku tidak sih?” sungut Cody yg tengah duduk
disampingku, ku rasaaku melewatkan ocehannya.
“Kau bicara apa memang?” tanyakudengan wajah yg ku pastikan ini adalah wajah terbodoh yg pernah ada.
“Astaga
Carls! Aku sudah bicarapanjang lebar dan kau tidak mendengarkan sedikit
pun? Hell, kill me now!” Codyberseru gemas, aku masih memandanginya
dengan tampang bodohku.
“Aku bilang, apakah menurutmuaku cocok dengan Alliana?” tanyanya yg seketika membuatku seperti disengatpetir.
“Apa? Apa katamu? Bisa kauulangi?” aku mencoba untuk memastikan.
“Menurutmu,
aku cocok tidakdengan Alliana? Aku menyukainya semenjak aku pertama
kali masuk saat aku pindahdulu” ucapnya menjelaskan. Hell Cody! Kenapa
kau mendekatiku jika kau menyukaiAlliana? Apa maksudnya sikapmu selama
ini?!
“Bagaimana?” Cody kembalibertanya tak sabaran.
“Ah,
eh, ya, ku – ku rasa cocok”ucapku terbata-bata, lidahku seakan kelu
untuk mengatakan hal lain, ini diluardugaanku, ku pikir ia memiliki
perasaan yg sama selama ini.
“Benarkah? Ah! Kau memangsahabatku yg
paling baik, hari ini aku akan menyatakan perasaanku padanya!”seru Cody
senang, sangat senang bahkan. Aku hanya dapat tersenyum
tipismenanggapinya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Carls!” ku dengar seseorangmemanggilku, suara yg sudah sangat ku hafal, bahkan diluar otakku.
“Pagi Carls!” serunyabersemangat.
“Pagi Cody” jawabku yg mungkinsaja terdengar lesu.
“Kau
kenapa? Sakit? Kalau sakitkenapa masih dipaksakan masuk?” Tanya Cody
terdengar khawatir. Huft, tetap sajakekhawatirannya pasti tidak sama
jika Alliana yg berada diposisiku sekarang.
“Tidak, aku hanya
sedang tidakenak badan” ucapku, berbohong, tentu. Aku tidak ingin dia
tau kalau aku tengahdilanda kesedihan yg mungkin saja tak berujung, dan
penyebab utama kesedihankuadalah dia.
“Kita ke UKS saja ya” tawarCody, aku menggeleng, Cody mengambil tempat duduk didepanku, memandangikusecara detail.
“Aku baik-baik saja, Cody. Bagaimanaacara kau dengan Alliana tadi malam?” pertanyaan itu secara otomatis keluardari mulutku.
“Ah!
Kau tau? Ia menerimaku!!!! Kautak tau betapa senangnya aku sekarang!!!”
seru Cody kelewat senang. Aku ikuttersenyum tipis, senyuman palsu.
“Aku
turut senang” lirihku. Codytidak tau bahwa disini, dihatiku, ada ribuan
jarum kasat mata yg menusuk hatikusampai kebagian terdalam. Sampai
ketitik kelemahanku. Aku menundukkan kepala danmerasakan setetes airmata
mengalir dipipiku.
“Ku rasa aku perlu ke toilet”ucapku dan sesegera mungkin berlari ke arah toilet.
Setelah
tiba di toilet, akumenangis sepuasnya, tidak mungkin ada yg masuk ke
sini. Sebelumnya, aku sudahmeminta Jason dan teman-temannya berjaga
didepan. Ia paham bahwa aku hanyaingin sendiri dan menangis didalam
sini.
Bodoh kau Carls! Kau mengabaikanmimpi-mimpimu hanya untuk
laki-laki yg tidak mencintaimu? Dia bahkan mencintaisahabatmu dari
pertama kali ia masuk kelasmu! Bodoh! Bodoh!
Aku merutuki
kebodohanku saatini, aku tak akan bisa menyentuh hati Cody. Hatinya
telah diisi nama Alliana,tertera nama sahabatku disana, SAHABATKU!
Tangisku makin menjadi-jadi kalamengingat kenanganku bersamanya dulu,
kenapa aku harus jatuh cinta pada Cody? KenapaCody harus mendekatiku
untuk mendapatkan Ana? Aku tidak sanggup untuk bertemudengannya lagi.
Kenapa bukan aku yg ada dihatinya? Kenapa bukan namaku ygtertera jelas
dihatinya? Kenapa bukan aku yg ada dimimpinya? Kenapa bukan aku?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Malam sunyi kuimpikanmu
Kulukiskan cita bersama
Namun s'lalu aku bertanya
Adakah aku di mimpimu
Di hatiku terukir namamu
Cinta rindu beradu satu
Namun s'lalu aku bertanya
Adakah aku di hatimu
T'lah kunyanyikan alunan-alunan senduku
T'lah kubisikkan cerita-cerita gelapku
T'lah kuabaikan mimpi-mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu
Bila saja kau di sisiku
'Kan ku beri kau segalanya
Namun tak henti aku bertanya
Adakah aku di rindumu
Tak bisakah kau sedikit saja dengar aku
Dengar simfoniku
Simfoni hanya untukmu....
T'lah kuabaikan mimpi-mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu